Rabu, 06 Oktober 2010

DEMOKARNASI, DEMOKRASI TOPENG MONYET

Lucu, aneh, konyol, gila.... dan memalukan!!! Dua kelompok pendemo Century bentrok gaga-gara rebutan nasi. (detik.com Rabu 13/1/2010, 13.47) Mereka mengemban misi yang begitu besar dan mulia, menyelamatkan uang negara 6,7 trilyun. Kalau dibelikan nasi bungkus, pasti seluruh warung di Jakarta kehabisan stok. Kalau perlu, sekalian warungnya terbeli semua, kan?
Sebenarnya mereka itu bener-bener mau demo atau cari makan, sih? Masa, gara-gara nasi bungkus sudah berantem. Memalukan!!! Untung saja, hari ini bukan aku yang jadi makelar (baca: koordinator) aksi. Kalau sampai aku yang jadi koordinatornya, pasti nggak akan aku bayar mereka. Biar tahu rasa!!! Oh..., enggak... enggak aku pasti bayar, teman. Kalau tidak kubayar, kalian pasti ngedemo aku, dan beritanya makin tidak sedap aja nanti.
Yang jelas, lain kali kalau aku yang jadi “makelar demo”, aku nggak akan pake mereka lagi. Yakin, deh!! Mereka sama sekali tak memahami misi dari demo kali ini. Orang-orang bayaran itu kelihatan sama sekali tak peduli dengan kasus Century, Budiono atau dik Sri Mulyani. Mereka hanya butuh kerjaan sambilan, duit dan makan.
Padahal dengan demo ini kita akan diliput puluhan wartawan media massa. Kita cuma minta kalian akting dan menunjukkan pada seluruh dan dunia, bahwa rakyat Indonesia menentang bailout Century, tapi akting kalian benar-benar payah!!!
Demo yang menghabiskan biaya jutaan malah cuma jadi kaya topeng monyet di kampungku kemarin. Waktu monyet disurut jalan-jalan bawa payung, tiba-tiba dia berlari mengejar penonton yang lagi bawa pisang. Aduh... cape, deh....
Menyedihkan!!! Demo yang sudah dikoordinir barhari-hari yang seharusnya menjadi cerminan demokrasi kok cuma tampak sebagai DEMO KARENA NASI, atau disingkat aja DEMOKARNASI. Demonstrasi kita hanya sekelas topeng monyet. Tek... dung... Tek... dung... capek, deh...
Kalau jadinya seperti ini, bagaimana penilaian masyarakat kita? Jangan-jangan demo-demo semacam ini dianggap hanya rekayasa mereka yang banyak duit. Sikap kalian bikin masyarakat tahu kalau demo kita Cuma “demo bayaran”, meski bukan rahasia lagi. Jangan-jangan pansus Century juga hanya dianggap sebagai media EKSPRESI KEKECEWAAN mereka yang TERPECUNDANGI oleh SBY cs. dalam pemilu dan pilpres kemarin.
Jangan-jangan gerakan politik yang massive akhir-akhir ini hanya dianggap sebagai gerakan orang-orang KALAH yang mencari-cari KESALAHAN!!!! Jangan-jangan masyarakat juga tahu kalau buku Lek Tjondo itu juga bagian dari REKAYASA bos-bos kita. Ah... memalukan!!! Tapi, mudah-mudahan saja mereka tak tahu kalau Pansus juga berarti proyek buat DPR, yang makan dulit bermilyar-milyar.
Kalau aku jadi bang Gayus cs pasti malu berat, tapi aku nggak yakin mereka punya malu (ha..ha.. ha...). Apalagi hari-hari ini Pansus hak angket semakin kehilangan popularitasnya. Semangat mereka yang mengebu-gebu di awal-awal dulu mentok sudah. Bahkan dengan Robert, si biang kasus saja mereka kehabisan kata-kata. Mereka cuma bisa mengumpat-umpat. Yang tidak jelaslah... yang selalu tidak tahulah... yang membelokkanlah... atau... diam kau...!!! bangsat...!!! Biasa, orang kalah!!! Apalagi saat berhadapan dengan mantan pacarku, dik Ani. Mereka bener-bener tak berdaya!!!
Salut buat dik Ani. Hari ini kamu hebat sekali, sayang. Lain kali kalau kamu dan temen-temen kamu butuh pendemo yang bisa diandalkan, kamu cari aku saja, ya?
Artikel ini juga dipublikasikan di kompasiana.com

MATERI MACAM-MACAM GERAK

A. Lokomotor Gerakan lokomotor  gerakan yang ditandai dengan adanya perpindahan tempat, seperti jalan, lari, melompat, dan mengguling.  Ger...