Aku adalah pertiwi yang terkubur di pusar bumi
Lambat-lambat menambat lalu kubuang muka
Tak kutemui apapun disana kecuali air mata pada negara
Tak banyak yang menampung meskipun banyak koran-koran
Memberitakan musibah-musibah lalu prestasi-prestasi
Tentang pancasila
Aku tak
mengapa dengan semua itu
Tetapi
dosa-dosa merayapi tubuhku yang kaku
Dan semakin
merontah dikemudian hari
Dan jiwa
pun itu aku tak mampu
Tulang-tulang garuda berserakan
Di tanah-tanah yang kekeringan ini
Indonesia
Atas bangsaku rakyatku dan tanah air
Yang tak pernah lupa ku sebut dalam doaku
Begitu pula
darah juang yang semakin berkorbar
Merah-merah dan menyala
Seakan sanggup tapi tidak bisa
Lalu aku disini menambatkan hati
Yang pertama adalah pada sang saka
Aku meniup ruh-ruh para semesta untuk negeriku
Indonesia selalu selalu dan senantiasa
Surabaya,
25 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar