Kali dimana mata memandang
Jiwa merasuk indah bukan kepalang
Langit memukuli bumi dengan
Menebahi tanah
kering menjadi subur bertahta
Kali dimana telinga mendengar
Riuh angin tembus, kayu, hutan dan pohonan
Meniupi daun
Berdayu-dayu ikuti sang bayu
Kali dimana hidung mencium
Menambahi riuhnya nafas desa
Hiruk pikuknya udara kota
Kali dimana tangan ini meraba
Relief ukiran sang maha kuasa maha indah
Hamparkan ribuan cerita
Nikmat kehidupan tiada tara.
Kali tapi kaki ini berpijak.
Mata mengatup,
Hidung menyusut
Tangan meraba hal yang buat buta.
Nampaknya Asap tebal membumbungi langit semesta
Salah siapa?
Jika tak layak huni kami harus lari.
Lari kemana?
Kami terkurung di negeri kami sendiri.
Indahnya pertiwiku ini, kini menangis lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar