Seiring
berkembangnya zaman, rasa nasionalisme kian memudar. Hal ini dibuktikan dari
berbagai sikap dalam memaknai berbagai hal penting bagi Negara Indonesia. Contoh
sederhana yang menggambarkan betapa kecilnya rasa nasionalisme, diantaranya :
1. Pada saat upacara bendera, masih banyak
rakyat yang tidak memaknai arti dari upacara tersebut. Upacara merupakan wadah
untuk menghormati dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang keras untuk
mengambil kemerdekaan dari tangan para penjajah. Para pemuda seakan sibuk
dengan pikirannya sendiri, tanpa mengikuti upacara dengan khidmad.
2. Pada peringatan hari-hari besar nasional,
seperti Sumpah Pemuda, hannya dimaknai sebagai seremonial dan hiburan saja
tanpa menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme dalam benak mereka.
3. Lebih tertariknya masyarakat terhadap
produk impor dibandingkan dengan produk buatan dalam negeri,lebih banyak
mencampurkan bahasa asing dengan bahasa Indonesia untuk meningkatkan gengsi,
dan lain-lain.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat “hanya”
untuk memasang bendera di depan rumah, kantor atau pertokoan. Dan bagi yang
tidak mengibarkannya mereka punya berbagai macam alasan entah benderanya sudah
sobek atau tidak punya tiang bendera, malas , cuaca buruk, dan lain-lain.
Mereka mampu membeli sepeda motor baru, baju baru tiap tahun yang harganya
ratusan bahkan jutaan tapi mengapa untuk
bendera merah putih yang harganya tidak sampai ratusan saja mereka tidak
sanggup?
Semua
identitas bangsa Indonesia baik itu bendera merah putih, lagu kebangsaan
Indonesia Raya dan lain sebagainya hanyalah merupakan simbol, simbol bahwa
negara Indonesia masih berdiri tegak dan mampu mensejajahterakankan dirinya
dengan bangsa lain. Bagaimana kita bisa bangga menjadi bangsa ini jika kita
malas dan malu memakai atribut bangsa Indonesia ini.
Jika
ditinjau dari sudut pandang, gejala ini mulai terlihat sejak era reformasi
karena pada masa orde baru, pemasangan bendera adalah sesuatu yang bersifat
wajib. Sejak era reformasi, animo masyarakat untuk turut andil dalam
memeriahkan Dirgahayu RI juga berkurang. Pada masa sekarang ini sudah sulit
ditemukan perlombaan-perlombaan 17-an. Padahal pada masa orde baru, suasana
17-an telah dirasakan sejak awal Agustus. Perlombaan 17-an merupakan kegiatan
rutin setiap tahunnya dan sudah menjadi budaya baru di negara ini. Melalui
kegiatan ini dapat ditanamkan nilai-nilai nasionalisme ke dalam diri generasi
muda yang nantinya menjadi penerus bangsa. Contoh, dalam permainan panjat
pinang yang paling sulit diraih adalah bendera dan harus melalui usaha keras
untuk mendapatkannya. Dari hal kecil tersebut terkandung nilai pembelajaran
yang sangat tinggi yaitu untuk merebut kemerdekaan, para pahlawan berjuang
mati-matian tanpa mengenal lelah dan tentunya disertai dengan rasa keikhlasan
hati. Terakhir, hal yang paling ironis adalah bangsa ini pada kenyataannya
kurang menghargai jasa-jasa para pahlawan yang masih hidup hingga sekarang. Mereka
yang dahulu telah mengorbankan segalanya untuk kemerdekaan Indonesia justru
mendapatkan imbalan berupa kehidupan yang tidak layak disisa umur mereka.
Padahal dapat dibayangkan apabila dahulu para pahlawan tidak mau berjuang,
pastinya Indonesia masih dalam penjajahan bangsa asing.
Sebenarnya
nasib kita masih lebih baik dan beruntung daripada para pejuang dulu, kita
hanya meneruskan perjuangan mereka tanpa harus mengorbankan nyawa dan
harta.Nasionalisme kita semakin luntur dan akankah punah tergilas modernisasi
dan individualis. Masih banyak bentuk nasionalisme lain yang kita rasakan
semakin memudar. Kurangnya kecintaan kita terhadap produk dalam negeri dan
merasa bangga kalau bisa memakai produk dalam negeri. Kegilaan kita tripping
keluar negeri padahal negeri sendiri belum tentu dijelajahi. Kita belum
tersadar betul bahwa lambat laun sikap-sikap seperti itu akan semakin
menjauhkan kecintaan kita kepada negeri
ini.
Rasa
nasionalisme bangsa pada saat ini hanya muncul bila ada suatu faktor pendorong,
seperti kasus pengklaiman beberapa kebudayan dan pulau-pulau kecil
Indonesiaseperti Sipadan, Ligitan , serta Ambalat oleh Malaysia beberapa waktu
yang lalu. Namun rasa nasionalisme pun kembali berkurang seiring dengan
meredanya konflik tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar