Kamis, 22 Oktober 2015

KISAH KU DENGAN PKN. MANA KISAHMU?

Dwi Ayuning Tyas

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang selalu ada di setiap jenjang pendidikan. Sejak SD/MI, SMP/Tsanawiyah, SMA/Aliyah kita sudah diajarkan mengenai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dari sini dapat dilihat, bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dan patut untuk diperhitungkan. Pendidikan Kewarganegaraan diberikan diberbagai jenjang / tingkat pendidikan yang tujuannya tidak lain untuk mencetak para tunas bangsa agar memiliki wawasan yang luas. Tidak hanya itu, Pendidikan Kewarganegaraan juga bertujuan agar kita dapat mengetahui ideologi bangsa, sistem pemerintahan Negara kita, undang-undang yang mengatur Negara kita beserta pasal-pasalnya, bahkan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kita juga diajarkan sistem pemerintahan Negara lain. Secara umum, tujuan adanya mata pelajaran PKN di setiap jenjang pendidikan yaitu mempersiapkan warga masyarakat untuk mampu berfikir kritis dalam menghadapi berbagai persoalan serta bertindak demokratis.
Berdasarkan pengalaman pribadi yang telah saya alami, Pendidikan Kewarganegaraan atau yang lebih sering kita sebut dengan PKn adalah mata pelajaran yang boleh dibilang membosankan dan bisa juga dianggap menyenangkan, tergantung bagaimana guru dalam menyampaikan mata pelajaran tersebut dan tergantung pula kepada siswa-siswanya untuk menganggap PKn sebagai mata pelajaran yang menyenangkan. MI / SD adalah jenjang pertama kali saya mendapatkan mata pelajaran PPKn, pada saat itu PPKn adalah mata pelajaran favorit saya. kemudahan soal yang diberikan menjadikan nilai saya selalu sempurna pada mata pelajaran ini. Saat duduk di bangku MI, pelajaran diberikan dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Materi pelajaran yang masih saya ingat hingga sekarang, yang telah saya pelajari selama di MI tidak lain meliputi gotong royong, toleransi, mengamalkan nilai-nilai Pancasila, dsb. Soal yang diberikan pada jenjang MI/ SD tentu diberikan dalam taraf yang tidak terlalu susah dan tidak terlalu rumit, mengingat masa MI/SD adalah masa-masa dimana bermain adalah hal yang paling disenangi oleh anak-anak. Maka dari itu, tipe soal yang disajikan dalam mata pelajaran PPKn berhubungan dengan kehidupan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat saya contohkan soal PPKn untuk taraf MI/SD misalnya, “Ketika ada seorang nenek hendak menyebrang jalan, apa yang akan kamun lakukan?” dan pilihan jawaban yang diberikan misalnya saja membantu menyebrang, membiarkan, hanya melihatinya saja. Contoh lain misalnya saja, “Ketika bermain bersama temanmu dan temanmu berbuat curang, apa yang akan kamu lakukan?” dan pilihan jawaban yang diberikan misalnya, melarangnya ikut bermain lagi, menasehatinya, mengolok-oloknya. Itulah beberapa contoh pertanyaan dan pilihan jawaban untuk mata pelajaran PPKn pada taraf SD/MI.
Terlepas dari jenjang MI, dan berlanjut ke jenjang SMP, Pendidikan Kewarganegaraan juga diberikan selama tiga tahun. Pada saat saya duduk dibangku SMP, Pendidikan Kewarganegarann dikenal dengan sebutan PKN. Mengingat jenjang SMP setingkat lebih tinggi dari tingkat MI, maka materi yang diberikan juga sedikit lebih luas dan tingkat kerumitannya bertambah, menjadikan kecintaan saya terhadap PKN mulai berkurang. Soal-soal yang dipaparkan sudah mulai mencakup aspek yang lebih luas dan lebih mendalam. Materi yang diajarkan ketika SMP yang masih saya ingat hingga sekarang meliputi Proklamasi Kemerdekaan, Norma dalam Kehidupan, Daerah Otonom, Demokrasi, Pemilu, dsb. Saat SMP, saya tidak begitu menyukai pelajaran PKN. Karena cakupannya lebih luas, serta tingkat persoalan yang bertambah rumit ditambah lagi dengan pembelajaran yang sifatnya monoton. Diamana guru hanya menjelaskan panjang lebar materi didepan kelas tanpa memberikan pembelajaran yang menarik. Jelas saja, pelajran PKN menjadi sangat membosankan. Pada saat itu, guru kelas tidak banyak memberikan persoalan, sehingga saya sebagai siswa tidak bisa menemukan bagaimana pemecahannya. Banyak materi yang tidak saya mengerti, alhasil saya mendapati kesusahan dalam menjawab soal ketika ujian. Walaupun nilai saya tidak sebagus ketika saya duduk diabngku MI tapi saya tetap bersyukur karena nilai saya selalu diatas KKM.
 Dari jenjang SMP dan kemudian beralih ke satu jenjang yang lebih tinggi dari SMP, dan dua jenjang lebih tinggi dari MI yakni SMA. Pendidikan Kewarganegaraan juga diberikan saat saya duduk ditingkat SMA. Di SMA tempat saya mengenyam pendidikan, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diberikan baik di jurusan IPA, IPS, maupun Bahasa. Jenjang SMA merupakan jenjang terakhir untuk tingkat sekolah. Mengenyam pendidikan selama tiga tahun di SMA, tidak terlepas juga dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bedanya, ketika saya belajar PKN ditingkat SMA, tidak sesulit belajar PKN ditingkat SMP. Materi yang masih saya ingat hingga saat ini meliputi Hakikat Bangsa dan Negara, Nasionalisme, Budaya Politik, Masyarakat Madani, Sistem Pemerintahan di Negara Indonesia Maupun Sistem Pemerintahan di Negara lain, Sistem Hukum, Hak Asasi Manusia, Hubungan Internasional, Sikap Keterbukaan dan Keadilan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Globalisasi, dsb. Walaupun pembahasannya jauh lebih luas dan persoalannya jauh lebih rumit dari tingkat sebelumnya, tapi saya merasa senang untuk mempelajari mata pelajaran PKN. Itu semua karena guru saya telah berhasil mengemas PKN menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik, sehingga menjadi tidak bosan untuk mempelajarinya. Berbagai cara mengajar dicoba agar kami sebagai siswa tidak beranggapan bahwa mempelajari PKN bukanlah sebuah beban, justru akan menambah wawasan pengetahuan kita tentang kewarganegaraan. Mulai dengan belajar dan tugas berkelompok, menjadikan games sebagai metode belajar yang mengasyikkan, memberikan reward bagi siswa yang rajin, memberikan hukuman yang bersifat mendidik dengan cara melatih pengetahuan, ketangkasan, dan kecepatan dalam menjawab, dan yang kalah diberikan hukuman untuk memperagakan sesuai dengan materi yang diajarkan pada saat itu. Alhasil, dengan metode belajar yang seperti itu mengubah maindset kami sebagai siswa bahwa belajar PKN adalah hal yang rumit dan membosankan menjadi hal yang menyenangkan dan menarik untuk dipelajari.
Lulus dari SMA, dan melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Negeri, saya juga bertemu dengan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Di semester satu ini yang saya pelajari mengenai mata kuliah PKN  mengenai asal usul Kewarganegaraan.
Urgensi mata pelajaran PKN dalam kehidupan sehari-hari agar kita sebagai tunas bangsa mampu menciptakan kebangsaan nasional, mengaktualisasikan tata nilai, membentuk karakter, memahami hak, kewajiban, dan batasan-batasannya, serta memahami proses sosial.
Manfaat yang bisa saya rasakan selama 13 tahun dalam mempelajari PKN yakni saya mampu berfikir kritis dalam menyikapi berbagai masalah kewarganegaraan, melaksanakan Pemilu sesuai dengan asasnya, yakni LUBERJUDIL (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil), melahirkan tunas bangsa yang tidak buta akan ilmu pengetahuan, terutama mengenai kewarganegaraan bangsanya sendiri, masyarakat dapat mengetahui, bahwa politik harus terbuka dan transparan agar tidak terjadi penyelewengan kekuasaan, serta rakyat dapat memamtau jalannya sistem politik.


Itulah berbagai pemaparan tentang pengalaman pribadi saya mengenai mata Pelajaran PKN beserta urgensi dan manfaatnya yang pernah saya dapatkan saat saya duduk dibangku MI hingga bangku perkuliahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MATERI MACAM-MACAM GERAK

A. Lokomotor Gerakan lokomotor  gerakan yang ditandai dengan adanya perpindahan tempat, seperti jalan, lari, melompat, dan mengguling.  Ger...