Dwi Ayuning Tyas
Berdasarkan pengalaman pribadi yang telah saya alami, Pendidikan
Kewarganegaraan atau yang lebih sering kita sebut dengan PKn adalah mata
pelajaran yang boleh dibilang membosankan dan bisa juga dianggap menyenangkan,
tergantung bagaimana guru dalam menyampaikan mata pelajaran tersebut dan
tergantung pula kepada siswa-siswanya untuk menganggap PKn sebagai mata
pelajaran yang menyenangkan. MI / SD adalah jenjang pertama kali saya
mendapatkan mata pelajaran PPKn, pada saat itu PPKn adalah mata pelajaran
favorit saya. kemudahan soal yang diberikan menjadikan nilai saya selalu
sempurna pada mata pelajaran ini. Saat duduk di bangku MI, pelajaran diberikan
dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Materi pelajaran yang masih saya ingat
hingga sekarang, yang telah saya pelajari selama di MI tidak lain meliputi
gotong royong, toleransi, mengamalkan nilai-nilai Pancasila, dsb. Soal yang
diberikan pada jenjang MI/ SD tentu diberikan dalam taraf yang tidak terlalu
susah dan tidak terlalu rumit, mengingat masa MI/SD adalah masa-masa dimana
bermain adalah hal yang paling disenangi oleh anak-anak. Maka dari itu, tipe
soal yang disajikan dalam mata pelajaran PPKn berhubungan dengan kehidupan
anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat saya contohkan soal PPKn untuk taraf MI/SD misalnya, “Ketika
ada seorang nenek hendak menyebrang jalan, apa yang akan kamun lakukan?” dan
pilihan jawaban yang diberikan misalnya saja membantu menyebrang, membiarkan, hanya
melihatinya saja. Contoh lain misalnya saja, “Ketika bermain bersama temanmu
dan temanmu berbuat curang, apa yang akan kamu lakukan?” dan pilihan jawaban
yang diberikan misalnya, melarangnya ikut bermain lagi, menasehatinya,
mengolok-oloknya. Itulah beberapa contoh pertanyaan dan pilihan jawaban untuk
mata pelajaran PPKn pada taraf SD/MI.
Terlepas dari jenjang MI, dan berlanjut ke jenjang SMP, Pendidikan
Kewarganegaraan juga diberikan selama tiga tahun. Pada saat saya duduk dibangku
SMP, Pendidikan Kewarganegarann dikenal dengan sebutan PKN. Mengingat jenjang
SMP setingkat lebih tinggi dari tingkat MI, maka materi yang diberikan juga
sedikit lebih luas dan tingkat kerumitannya bertambah, menjadikan kecintaan
saya terhadap PKN mulai berkurang. Soal-soal yang dipaparkan sudah mulai
mencakup aspek yang lebih luas dan lebih mendalam. Materi yang diajarkan ketika
SMP yang masih saya ingat hingga sekarang meliputi Proklamasi Kemerdekaan,
Norma dalam Kehidupan, Daerah Otonom, Demokrasi, Pemilu, dsb. Saat SMP, saya
tidak begitu menyukai pelajaran PKN. Karena cakupannya lebih luas, serta
tingkat persoalan yang bertambah rumit ditambah lagi dengan pembelajaran yang
sifatnya monoton. Diamana guru hanya menjelaskan panjang lebar materi didepan
kelas tanpa memberikan pembelajaran yang menarik. Jelas saja, pelajran PKN
menjadi sangat membosankan. Pada saat itu, guru kelas tidak banyak memberikan
persoalan, sehingga saya sebagai siswa tidak bisa menemukan bagaimana
pemecahannya. Banyak materi yang tidak saya mengerti, alhasil saya mendapati
kesusahan dalam menjawab soal ketika ujian. Walaupun nilai saya tidak sebagus
ketika saya duduk diabngku MI tapi saya tetap bersyukur karena nilai saya
selalu diatas KKM.
Dari jenjang SMP dan
kemudian beralih ke satu jenjang yang lebih tinggi dari SMP, dan dua jenjang
lebih tinggi dari MI yakni SMA. Pendidikan Kewarganegaraan juga diberikan saat saya
duduk ditingkat SMA. Di SMA tempat saya mengenyam pendidikan, mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan diberikan baik di jurusan IPA, IPS, maupun Bahasa. Jenjang SMA
merupakan jenjang terakhir untuk tingkat sekolah. Mengenyam pendidikan selama
tiga tahun di SMA, tidak terlepas juga dengan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Bedanya, ketika saya belajar PKN ditingkat SMA, tidak sesulit
belajar PKN ditingkat SMP. Materi yang masih saya ingat hingga saat ini
meliputi Hakikat Bangsa dan Negara, Nasionalisme, Budaya Politik, Masyarakat
Madani, Sistem Pemerintahan di Negara Indonesia Maupun Sistem Pemerintahan di
Negara lain, Sistem Hukum, Hak Asasi Manusia, Hubungan Internasional, Sikap
Keterbukaan dan Keadilan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Globalisasi,
dsb. Walaupun pembahasannya jauh lebih luas dan persoalannya jauh lebih rumit
dari tingkat sebelumnya, tapi saya merasa senang untuk mempelajari mata
pelajaran PKN. Itu semua karena guru saya telah berhasil mengemas PKN menjadi
mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik, sehingga menjadi tidak bosan
untuk mempelajarinya. Berbagai cara mengajar dicoba agar kami sebagai siswa
tidak beranggapan bahwa mempelajari PKN bukanlah sebuah beban, justru akan
menambah wawasan pengetahuan kita tentang kewarganegaraan. Mulai dengan belajar
dan tugas berkelompok, menjadikan games sebagai metode belajar yang
mengasyikkan, memberikan reward bagi siswa yang rajin, memberikan
hukuman yang bersifat mendidik dengan cara melatih pengetahuan, ketangkasan,
dan kecepatan dalam menjawab, dan yang kalah diberikan hukuman untuk
memperagakan sesuai dengan materi yang diajarkan pada saat itu. Alhasil, dengan
metode belajar yang seperti itu mengubah maindset kami sebagai siswa
bahwa belajar PKN adalah hal yang rumit dan membosankan menjadi hal yang
menyenangkan dan menarik untuk dipelajari.
Lulus dari SMA, dan melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Negeri,
saya juga bertemu dengan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Di semester
satu ini yang saya pelajari mengenai mata kuliah PKN mengenai asal usul Kewarganegaraan.
Urgensi mata pelajaran PKN dalam kehidupan sehari-hari agar kita
sebagai tunas bangsa mampu menciptakan kebangsaan nasional, mengaktualisasikan
tata nilai, membentuk karakter, memahami hak, kewajiban, dan
batasan-batasannya, serta memahami proses sosial.
Manfaat yang bisa saya rasakan selama 13 tahun dalam mempelajari
PKN yakni saya mampu berfikir kritis dalam menyikapi berbagai masalah kewarganegaraan,
melaksanakan Pemilu sesuai dengan asasnya, yakni LUBERJUDIL (Langsung, Umum,
Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil), melahirkan tunas bangsa yang tidak buta akan
ilmu pengetahuan, terutama mengenai kewarganegaraan bangsanya sendiri,
masyarakat dapat mengetahui, bahwa politik harus terbuka dan transparan agar
tidak terjadi penyelewengan kekuasaan, serta rakyat dapat memamtau jalannya
sistem politik.
Itulah berbagai pemaparan tentang pengalaman pribadi saya mengenai
mata Pelajaran PKN beserta urgensi dan manfaatnya yang pernah saya dapatkan
saat saya duduk dibangku MI hingga bangku perkuliahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar