DIBALIK
PERISTIWA MAIN HAKIM SENDIRI
Oleh : Ninik Nur.Ch.
Hak asasi yang terjadi di lingkungan
sekitar saya contohnya “tidak main hakim
sendiri dalam menghadapi pelanggaran HAM atau kejahatan yang terjadi di
lingkungan masyarakat setempat”.
Banyak di temukan di daerah sekitar
rumah saya tepatnya di daerah Jogoroto Jombang, kejadian tabrakan. Biasanya
terjadi karena kebanyakan dari pengendara sepeda motor yang kebut-kebutan
hingga ugal-ugalan, bukan hanya dewasa melainkan tabrakan ini terjadi karena
ulah nakal sebagaian anak-anak di bawah usia. Warga di daerah ini cenderung
main hakim sendiri dengan tersangka, hantaman demi hantaman selalu bersarang
dikepala atau bahkan tubuh-tubuh dari tersangka. Korban kebanyakan orang-orang
di daerah tersebut , kebanyakan lansia dan anak-anak kecil yang lalu lalang
melintasi jalan.
Sebenarnya hal seperti ini tidak bisa
dibenarkan, menyangkut tersangka juga masih memiliki perlindungan HAM, yakni
memiliki perlindungan hukum sebagai warga negara Indonesia, warga tidak bisa
main hakim sendiri dengan seenak hatinya.
Menghindari adanya adu fisik maka sesegera mungkin warga
yang tidak terlibat adu fisik melaporkan
kejadian yang terjadi kepada
pihak-pihak yang berwajib, misalnya kepada polres terdekat.
Sebaiknya pihak berwajiblah yang
berhak menghakimi para tersangka, mereka dihukumi berdasarkan Undang-Undang
yang telah ada. Tersangka dapat jera dengan sendirinya apabila urusan ini
diselesaikan secara hukum. Kebanyakan tersangka tabrakan lebih cenderung
memilih untuk berdamai dengan korban tabrakan ataupun dengan warga sekitar,
karena mereka selalu beranggapan bahwa jika masalah tabrakan ini masih
berlanjut sampai keranah hukum maka masalah ini bisa menjadi semakin runyam.
Menampakkan
Pelangi di Mata Rakyat Miskin Pinggir Kota
Oleh : Ninik Nur.Ch.
Diantara
sisi kehidupan yang kita jalani, banyak diantara kita yang enggan memikirkan
secuil kehidupan yang dijalani suudara-saudara setanah air kita. Banyak sisi
kehidupan yang mereka tapaki setapak demi setapak. Walaupun tak sedikit dari
perihnya kehidupan. Keringat mereka dipaksa bercucuran demi terisinya perut
kosong mereka. Naasnya, banyak dari mereka kanak-kanak yang rela mencuri,
meminta-meminta, memulung botol bekas dipelataran rumah tetangganya, mengamen
dan parahnya lagi berkeliling menjajakan dagangan mereka. Jalan demi jalan rela
mereka susuri, tapi tak ada satupun
keluh kesah yang terlontar dari bibir mungil mereka, padahal tubuh
mereka kumal tak terurus. Lantas dimana jaminan kehidupan yang layak bagi
mereka. Kehidupan yang dijamin. Yang semestinya dinafkahi oleh negara.
Pendidikannya terjamin. Hak mereka dirampas paksa oleh keadaan yang
membelitnya. Sungguh miris kehidupan demi waktu ke waktu yang sudah mereka
jalani. Tak nampak lukisan pelangi keindahan yang nampak dari mata indah
mereka. Itu semua karena haknya digenggam erat oleh hiruk pikuk kehidupannya
saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar