Selasa, 24 November 2015

Bunda Sekaligus Ayah



   
Nurul Fitriyah
(D97215105)

           Di tengah himpitan ekonomi zaman sekarang, tak menyurutkan semangat seorang ibu yang hanya berprofesi sebagai pedagang toko kecil yang ada di rumahnya. Kehidupan keluarganya sangat sederhana dan sejahtera. Akan tetapi setelah meninggalnya suami ibu tersebut, kondisi ekonomi keluarganya berubah drastis dari sebelumnya, yang mana masih berada dalam naungan tanggung jawab suami sebagai tulang punggung keluarga. Kini beliau telah ditinggal oleh suaminya untuk selamanya. Setiap hari beliau hanya ditemani satu putrinya yang baru saja menjadi mahasiswa di UINSA Surabaya. Meskipun beliau sebenarnya mempunyai satu putra lagi yang masih duduk dibangku MTs kelas III dan tinggal di pondok pesantren.
     Mungkin ibu tersebut hanyalah seorang janda muda yang hidup dalam kesederhanaan. Hidup sendiri tanpa membutuhkan belas kasihan dari orang lain. Semangat hidupnya berkobar – kobar bagai api di tengah rumbukan kayu bakar. Memang beliau lebih sensitif dan suka marah – marah dari sebelumnya, terlebih kepada putrinya sendiri, mungkin itu salah satu bentuk luapan emosi beliau karena bosan dan kesepian berada di rumah. Seringkali beliau mengeluh membutuhkan tempat untuk mencurahkan semua perasaannya, akan tetapi belia merasa tak ada satupun orang yang peduli dan dapat dipercaya oleh beliau. Isakan tangis tak jarang terdengar dari beliau, sehingga disuatu malam aku memberanikan diri bertanya dan mempersilahkan beliau untuk menceritakan semua masalahnya. Beliau pun bercerita: Ya Allah nak, dulu ketika almarhum suamiku masih hidup dan sehat, semua saudaraku berbondong – bondong dengan bebagai tujuan yang berbeda, mulai dari meminta sumbangan, meminta pinjaman orang, sampai meminta sesuatu yang ada di rumah kami. Suamiku sangat sabar dan dermawan kepada siapapun, terutama kepada kelurgaku. Ibu mertuanya (ibuku) pun sangat dekat dekannya, seperti ibu kandungnya sendiri.
     Suamiku sangat menyayangi kedua anakku, selalu menuruti segala pinta mereka tanpa sedikitpun mengeluh. Dia bekerja sangat gigih untuk mensejahterahkan keluarga kami. Sampai kedua anakku pun lebih dekat dengannya daripada denganku. Walaupun aku ini adalah ibu mereka. Entahlah, sepeninggal suamiku, kebanyakan saudaraku tak pernah menengokku. Jangankan menengok, untuk menenyakan kabar keluargaku di rumah puntak pernah. Padahal bukan materi yang aku inginkan dari mereka, melainkan hanya perhatian yang aku harapkan. Sesungguhnya aku sangat kesepian dan butuh tempat untuk bersandar “sembari mengusap air mata yang tak henti mengalir dari pipinya”. Apa mereka lupa dengan semua kebaikan suamiku selama ini? Suamiku selalu ada disaat mereka butuh. Tapi, apakah ini balasan dari mereka kepadaku setelah suamiku tiada? Apa ini? “(jerit beliau mulai sesak tak kuat menahan tangis “(Dimana sebenarnya letak hati nurani mereka?)”
Aku memang hanya seorang janda yang mempunyai dua anak dan hidup dalam kesederhanaan, tapi bukan berarti aku harus mengemis dan bersujud kepada mereka, agar mereka peduli akan keadaanku saat ini.
Bukankah mereka sadar akan perasaan ibu itu? Tapi entah mengapa kepedulian tak terbesit dalam benak mereka untuk memperhatikan keadaan yang dialami oleh seorang ibu sekaligus ayah tersebut.
     Kisah ini tak lain adalah kisah nyata dalam kehidupan saya sendiri, yang mana seorang ibu yang diceritakan dalam kisah di atas adalah ibunda saya yang luar biasa. Beliau mampu membuktikan bahwa meskipun tanpa uluran tangan orang lain tak terkecuali saudara – saudaranya, ibu mampu memberikan arti kehidupan yang begitu berharga bagi kedua anaknya. Dan tak terlalu menuntut hak – haknya kepada semua saudaranya. Mungkin ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepda keluarga kami agar kami senantiasa selalu bersyukur dan tak bergantung kepada selan Allah. Terimakasih ibu..... أُحِبُّ إِلَيْكِ لِلَّهِ
     Hal yang dapat diambil hikmahnya dalam potongan cerita ini adalah kita sebagai manusia harus senantiasa menerima segala keadaan yang telah ditakdirkan Allah kepada kita tanpa menuntut hak – hak kita kepada orang lain. Meskipun setiap manusia memang mempunyai hak asasi, tetapi bukan berarti dengan tidak terpenuhinya hak tersebut kita menjadi lemah dan pasrah. Melainkan kita harus selalu tegar dan tanamkan keyakinan didalam hati bahwa sesungguhnya rencana Allah SWT akan jauh lebih indah dan tiba kelak pada waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MATERI MACAM-MACAM GERAK

A. Lokomotor Gerakan lokomotor  gerakan yang ditandai dengan adanya perpindahan tempat, seperti jalan, lari, melompat, dan mengguling.  Ger...