Tidak
akan pernah habis jika kita membicarakan mengenai problematika masyarakat. Ada
yang susah hidup,pengahasilan hanya cukup untuk makan dan menyambung hidup hari
demi hari. Ada yang berlomba-lomba untuk menanamkan modal pada perusahaan besar
bahkan mungkin juga perusahaan asing.
Dahulu di daerah saya, memiliki
alun-alun kota yang cukup luas dan nyaman untuk tempat rekreasi masyarakat.
Hingga malam menjelang, alun-alun ini dahulunya di tempati banyak pedagang kaki
lima. Mulai dari pedagang baju,celana,kacang,hingga berbagai warung makanan
berkumpul disana. Alhasil, alun-alun menjadi tempat yang ramai di kunjungi
warga dan otomatis pengahasilam para pedagang meningkat karena banyaknya anime
warga.
Termasuk saya, karena saat itu saya
masih berusia sekitar 9 tahun. Saya sangat senang jika malam saya kesana
bersama ayah. Lampu warna-warni bersinar menerangi aktivitas dan hiruk-pikuk
pengunjung di sana. Karena lokasi alun-alun kota sangat strategis di jantung
kota, maka sangat banyak masyarakat bersenang-senang atau sekedar memanjakan mata.
Dan saya pun satu dari itu.
Suatu hari saya berkeinginan untuk
ke alun-alun. Saya sangat antusias pergi kesana karena saya ingin bermain mandi
bola yang saat itu di masa kecil saya sangat menyenangkan. Setibanya disana,
kami terkejut karena alun-alun yang dulu ramai oleh pedagang,kini sepi bagaikan
kuburan baru.
Saya yang saat itu masih cukup kecil
untuk bertanya yang lebih serius,hanya bisa bersedih karena tidak ada lagi
mandi bola,pikir saya. Hanya saja kata Bapak, mereka sudah tidak diperbolehkan
berdagang disana,alias alun-alun harus di netralisasi. Di netralisasi?
Memangnya mereka kuman dan virus yang berbahaya bagi peradaban manusia?
Kemudian, saya mendapat kabar bahwa
para pedagang bermigrasi ke Gelora Delta Sidoarjo. Yaitu tempat yang juga cukup
terkenal di sini. Tetapi saat itu GOR hanya untuk olahraga atau even-even
tertentu saja.
Saya pun di ceritakan Bapak saya,
yang memiliki teman yang berdagang di sana. Penghasilan mereka menurun drastis
bila dibandingkan penjualan di alun-alun. Kalau sudah begitu bagaimana nasib
mereka? Keluarga mereka?
Saya beranggapan bahwa, ini adalah
termasuk pelanggaran HAM. Mengapa? Disisi lain petugas itu menjalankan tugasnya
untuk menertibkan pedagang di alun-alun. Dan disisi lain, mereka tidak peduli
dengan kelanjutan nafkah yang diperoleh para pedagang. Saya tahu, demi
ketertiban dan keindahan jantung kota,alun-alun harus asri dan bersih. Namun,
sungguh di sayangkan jika mereka,pejabat kota seolah tidak mau tahu. Penurunan
penghasilan itu, dikarenakan lokasi yang tidak lagi strategis. Setidaknya,
harus ada solusi dari setiap kebijakan yang di utarakan mereka,harus pula
memikirkan kesejahteraan para pedagang. Mereka mencari nafkah untuk anak dan
istri mereka. Apa salahnya berjualan di sana? Setidaknya mereka tidak menyakiti
orang lain,apalagi memakan harta rakyat.
Aneh,dewasa ini orang-orang selalu
mengagung-agungkan adanya hak asasi. Namun apalah mereka telah melakukan
kewajiban asasi?. Adanya hak asasi ini telah bertransformasi menjadi asas
liberalisasi. Dimana mereka telah memegang perlindungan diri atas nama hak
asasi. Mereka dapat berbuat seenaknya, tanpa peduli dengan yang lain.
Liberalisasi dan hak asasi yang di salah gunakan,dapat membuat orang lain gelap
mata. Bahkan hal sekecil apapun,di laporkan atas nama pelanggaran hak asasi.
Lailatul Batdriyah (pgmi-1b)
Lailatul Batdriyah (pgmi-1b)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar