Selasa, 24 November 2015

Antara Uang dan Tugas

Tidak akan pernah habis jika kita membicarakan mengenai problematika masyarakat. Ada yang susah hidup,pengahasilan hanya cukup untuk makan dan menyambung hidup hari demi hari. Ada yang berlomba-lomba untuk menanamkan modal pada perusahaan besar bahkan mungkin juga perusahaan asing.
            Dahulu di daerah saya, memiliki alun-alun kota yang cukup luas dan nyaman untuk tempat rekreasi masyarakat. Hingga malam menjelang, alun-alun ini dahulunya di tempati banyak pedagang kaki lima. Mulai dari pedagang baju,celana,kacang,hingga berbagai warung makanan berkumpul disana. Alhasil, alun-alun menjadi tempat yang ramai di kunjungi warga dan otomatis pengahasilam para pedagang meningkat karena banyaknya anime warga.
            Termasuk saya, karena saat itu saya masih berusia sekitar 9 tahun. Saya sangat senang jika malam saya kesana bersama ayah. Lampu warna-warni bersinar menerangi aktivitas dan hiruk-pikuk pengunjung di sana. Karena lokasi alun-alun kota sangat strategis di jantung kota, maka sangat banyak masyarakat bersenang-senang atau sekedar memanjakan mata. Dan saya pun satu dari itu.
            Suatu hari saya berkeinginan untuk ke alun-alun. Saya sangat antusias pergi kesana karena saya ingin bermain mandi bola yang saat itu di masa kecil saya sangat menyenangkan. Setibanya disana, kami terkejut karena alun-alun yang dulu ramai oleh pedagang,kini sepi bagaikan kuburan baru.
            Saya yang saat itu masih cukup kecil untuk bertanya yang lebih serius,hanya bisa bersedih karena tidak ada lagi mandi bola,pikir saya. Hanya saja kata Bapak, mereka sudah tidak diperbolehkan berdagang disana,alias alun-alun harus di netralisasi. Di netralisasi? Memangnya mereka kuman dan virus yang berbahaya bagi peradaban manusia?
            Kemudian, saya mendapat kabar bahwa para pedagang bermigrasi ke Gelora Delta Sidoarjo. Yaitu tempat yang juga cukup terkenal di sini. Tetapi saat itu GOR hanya untuk olahraga atau even-even tertentu saja.
            Saya pun di ceritakan Bapak saya, yang memiliki teman yang berdagang di sana. Penghasilan mereka menurun drastis bila dibandingkan penjualan di alun-alun. Kalau sudah begitu bagaimana nasib mereka? Keluarga mereka?
            Saya beranggapan bahwa, ini adalah termasuk pelanggaran HAM. Mengapa? Disisi lain petugas itu menjalankan tugasnya untuk menertibkan pedagang di alun-alun. Dan disisi lain, mereka tidak peduli dengan kelanjutan nafkah yang diperoleh para pedagang. Saya tahu, demi ketertiban dan keindahan jantung kota,alun-alun harus asri dan bersih. Namun, sungguh di sayangkan jika mereka,pejabat kota seolah tidak mau tahu. Penurunan penghasilan itu, dikarenakan lokasi yang tidak lagi strategis. Setidaknya, harus ada solusi dari setiap kebijakan yang di utarakan mereka,harus pula memikirkan kesejahteraan para pedagang. Mereka mencari nafkah untuk anak dan istri mereka. Apa salahnya berjualan di sana? Setidaknya mereka tidak menyakiti orang lain,apalagi memakan harta rakyat.
            Aneh,dewasa ini orang-orang selalu mengagung-agungkan adanya hak asasi. Namun apalah mereka telah melakukan kewajiban asasi?. Adanya hak asasi ini telah bertransformasi menjadi asas liberalisasi. Dimana mereka telah memegang perlindungan diri atas nama hak asasi. Mereka dapat berbuat seenaknya, tanpa peduli dengan yang lain. Liberalisasi dan hak asasi yang di salah gunakan,dapat membuat orang lain gelap mata. Bahkan hal sekecil apapun,di laporkan atas nama pelanggaran hak asasi.

Lailatul Batdriyah (pgmi-1b)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MATERI MACAM-MACAM GERAK

A. Lokomotor Gerakan lokomotor  gerakan yang ditandai dengan adanya perpindahan tempat, seperti jalan, lari, melompat, dan mengguling.  Ger...