Saya biasa dipanggil mita, nama lengkap
saya mia pramitasari. Saya dulu bersekolah di MAN Bangil dan saya bertempat
tinggal di salah satu pondok pesanntren di Bangil. Saya merasa senang mondok di
tempat itu, ehhh… lama kelamaan saya bosan dipondok karena pengurusnya tidak
adil. Pada suatu hari saya melanggar peraturan dipondok. Saya dan teman-teman
saya sehabis pulang sekolah langsung main, pikiran terasa fresh tidak tau ada
yang melihat, jadi ketahuan dan kena hukum. Pada waktu pengumuman bertepat hari
Kamis di umumin tentang pelanggaran rasanya jantung begitu berdebar dan
akhirnya di jatuhkanlah sebuah hukuman mengepel makam selama satu minggu
berturut-turut. Seiring waktu berjalan saya tidak pernah melanggar. Menginjak
kelas XII saya merasa jenuh di pondok, dan saya coba bertahan karena mau
boyong. Suatu harinya ada kumpulan alumni di MAN Bangil, saya dan teman saya
melihat pengurus pondok ketemuan sama lawan jenis di suatu kelasrasa benci
terhadap pengurus pun bertambah demi hari karena tidak adil terhadap sesama.
Tiba hari kamis pengumuman saya protes kepada mabk-mbak pengurus, saya bertanya
“Mbak kenapa kamu bersifat tidak adil terhadap kami”, lalu mbaknya menjawab “tidak
adil apa mit??”, saya menjawab “mbak menhukum santri lain pada waktu melanggar
ketemuan sama lawan jenis, dan mengapa ketika mbak melihat mbak pengurus
ketemuan langsung dengan lawan jenis tidak di hukum?”, mbaknya menjawab, karena
dia sebelum ketemuan minta izin ke aku”, saya langsung diam begitu saja. Teman
lainnya protes tidak adil mabak sama sekali. Akhirnya hal itu di lupakan begitu
saja. Dan saya berpikir yang penting saya bisa mendapat barokah bu nyai dengan
cara selalu taat terhadap beliau, menyetrika baju beliau, menyapu dan mengepel
setiap hari. Saya tidak menghiraukan peraturan pondok karena para pengurus
tidak adil karena kekeuasaan yang mereka miliki, saya cuma berharap ridha dari
bu nyai, dan keluarga ndalem. Seiring waktu berjalan waktunya saya boyong, saya
tidak tega denggan bu nyai ketika itu lalu saya berpamitan “bu nyai saya mau
boyong, tolong di ridhoi” dan bu nyai menjawab “yaa, belajar yang
sungguh-sumgguh dan tak do’akan semoga sukses di kemudian hari.
Thank
Kesimpulan: sifat tidak adil terhadap
sesama memberi perasaan benci terhadap sesama, karena adanya suatu kekuasaan
dan amanah yang begitu besar tetapi tidak di jalankan. Intinya kekuasaan
menjadi pegangan pertama untuk memberikan penyelewengan hak asasi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar