Dalam narasi yang saya buat ini,
saya akan menceritakan kisah pelanggaran HAM yang terjadi di sekitar lingkungan
rumah saya. Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan dengan
orangtuanya. Anak perempuan yang saya ceritakan ini adalah anak yang memiliki
sikap pendiam dan sangat patuh pada orangtuanya.
Saat anak perempuan ini duduk di
bangku Sekolah Dasar, ia jarang sekali bermain dengan teman-teman sebayanya
karena, oarangtuanya melarangnya untuk untuk bermain diluar rumah sehingga, ia
kurang memiliki teman di lingkungan sekitarnya. Ia keluar rumah hanya untuk
bersekolah dan mengaji. Setelah itu, ia harus langsung pulang ke rumah.
Anak perempuan tersebut tumbuh dan
berkembang menjadi seorang remajadan ia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Saat ia sudah remaja seperti ini, orangtuanya pun masih sangat hyperprotective
padanya. Orangtuanya tidak membelikan
handphone untukknya padahal, anak usia remaja sangat membutuhkan handphone
untuk berkomunikasi dengan teman-temannya. Jadi, suatu ketika jika ia ada perlu
dengan teman-temannya, ia memakai handphone ayah atau ibunya. Suatu ketika,
pernah terjadi pada saat anak perempuan ini meminjam handphone ibunya untuk
membalas SMS dari teman cowoknya, kemudian ibunya mengetahui hal itu dan ibunya langsung marah
padanya. Tidak hanya itu, anak perempuan ini juga tidak boleh mengendarai
sepeda motor sendiri, dan saat ia pergi kemanapun harus diantar oleh ayah atau
ibunya. Saat ia sekolahpun, ia diantar jemput oleh ayahnya. Jadi, ia jarang
sekali berkumpul dan sharing bersama teman-temannya di sekolah maupun
dilingkungannya karena, keterbatasan waktu dan larangan orangtuanya.
Orangtuanya menginginkan anak
perempuan semata wayangnya menjadi anak yang yang memiliki kepribadian yang
baik dan tidak banyak tingah laku, sehingga orangtuanya hyperprotective
padanya. Namun, cara atau metode yang
dilakukan oleh orangtuanya kepada anaknya ini kurang tepat, karena orangtuanya
secara langsung telah melanggar hak asasi dari anak perempuan ini, terutama hak
kebebasan untuk memilih dan hak untuk bersosialisasi. Dengan perlakuan orangtua
yang hyperprotective ini, maka anak ini tumbuh dan berkembang menjadi anak yang
memiliki sikap individual dan kurang memiliki teman.
Sekarang ini, anak perempuan ini
sudah beranjak dewasa ia sudah menyelesaikan program kuliah S-1 nya di salah
satu perguruan tinggi di Kediri, setelah ia wisuda ia pun oleh orangtuanya di
perkenalkan oleh seorang lelaki dan beberapa hari yang lalu anak perempuan ini
di lamar oleh lelaki pilihan orangtuanya tersebut . Tidak lama lagi, anak ini
akan melangsungkan pernikahan dengan seorang lelaki hasil perjodohan
orangtuanya.
Jadi, kisah anak perempuan ini cukup
memprihatinkan. Harapan saya, semoga dengan adanya kisah nyata ini, para
orangtua tidak terlalu hyperprotective pada anaknya. Orangtua, sebaiknya
melakukan pendekatan persuasif pada anaknya dan lebih dekat dengan anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar