Selasa, 24 November 2015

1C-PGMI-DYAH AYU AMBARWATI-D97215086

Pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap Anak
Pada kesempatan kali ini saya ingin menceritakan tentang sebuah contoh pelanggaran HAM yang terjadi dilingkungan tempat tinggal saya, yang masih saya ingat sampai saat ini.
Cerita ini bermula, ketika suatu pagi di hari minggu, saya dan teman dekat saya sekaligus tetangga saya bersepeda mengelilingi kompleks perumahan kami. Kami bersepeda dengan riang dan bersenandung ria. Sampai suatu ketika, setelah kami melewati sebuah gang, kami dikejutkan dengan teriakan seorang ibu dan tangisan anak kecil. Ya, lebih tepatnya ibu tersebut memarahi anaknya. Diambang pintu. Karena penasaran kami pun menghentikan laju sepeda kami dan sesekali memperhatikan kejadian didepan kami. Sang ibu masih tetap marah dan meneriaki anaknya dengan kata-kata yang sungguh tidak patut diucapkan oleh seorang ibu kepada anaknya. Tanpa perduli dengan orang-orang yang mulai berdatangan karena teriakan ibu tadi, tangan kanan sang ibu  menjewer anaknya yang tertua dan tangan kirinya memukul punggung anak keduanya. Sementara anak ketiganya yang berumur sekitar 4 tahun menangis keras sambil duduk. Seolah tidak ingin kakak-kakaknya mendapat perlakuan lebih buruk lagi dari sang ibu. Anak pertamanya terlihat masih bias menahan sakit dan tangisnya, sedang anak kedua sudah mulai menangis dan merintih kesakitan karena terus dipukuli sang ibu sambil tetap marah. Sesekali sang ibu menoleh kearah kami dan orang-orang yang ada diluar rumahnya. Dilihat oleh kami seperti itu , ibu tersebut tersenyum seringai dan tetap meneruskan ulahnya tanpa perduli dengan adanya kami. Karena tidak tahan melihat perlakuan ibu tersebut, salah seorang tetangganya menegurnya, namun tak dihiraukan oleh ibu tersebut. Ibu tersebut malah berkata bahwa ketiga anaknya itu tak berguna, tak bias diandalkan, dan selalu membuat ibu itu kesusahan menanggung beban hidup. Jengah terus-terusan diperhatikan seperti itu, ibu tersebut menoleh kearah kerumunan diluar rumahnya dan menatap dengan amarah. Kemudian dengan kata-kata yang sedikit kurang mengenakkan, ibu tersebut menyuruh kami untuk bubar dan pergi dari rumahnya. Beberapa orang berbegas pergi, dan masih ada juga yang tetap tinggal ingin menolong ketiga bocah yang tidak berdaya tersebut. Ibu itu sudah tersulut emosinya, dan menyeret ketiga anaknya masuk kedalam rumah dan kemudian membanting pintu dengan keras. Kami orang-orang yang masih berada diluar rumah masih bergumam sendiri mengenai perlakuan itu yang sangat tega menyiksa anaknya. Saat hendak kembali mengambil sepeda, kami sedikit mencuri dengar dari salah satu tetangganya, bahwa sejak beberapa tahun terakhir ini, ibu tersebut seolah berubah menjadi seorang ibu yang kejam, penuh emosi, tak pernah lagi bias bersosialisasi dengan tetangga dan sekitarnya. Lantaran beliau ditinggal begitu saja oleh suaminya tanpa meninggalkan harta apapun dan masih mempunyai tanggungan 3 orang anak.  Dari sedikit pembicaraan yang kami dengar tadi, kami bisa menyimpulkan bahwa kekerasan dalam keluarga tersebut dipicu oleh faktor ekonomi dan ketidakstabilan emosi sang ibu yang sudah tidak terkendali lantaran harus menanggung beban hidup tanpa suami dan harus menghidupi ketiga anaknya. Beberapa hari setelah kejadian pagi itu, kami mendengar berita bahwa sang ibu sudah pindah rumah, bahkan ada yang bercerita ibu tersebut dibawa oleh keluarganya untuk diobati kementalannya, sedangkan ketiga anaknya diasuh oleh keluarga dari ibu tersebut secara sukarela dan disekolahkan agar tidak terjadi trauma yang berkepanjangn. Begitulah sedikit cerita yang bias saya tulis. Mohon maaf jika masih banyak kekeliruan dalam kosa kata maupun cara penulisan. TERIMA KASIH.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MATERI MACAM-MACAM GERAK

A. Lokomotor Gerakan lokomotor  gerakan yang ditandai dengan adanya perpindahan tempat, seperti jalan, lari, melompat, dan mengguling.  Ger...