Pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap Anak
Pada
kesempatan kali ini saya ingin menceritakan tentang sebuah contoh pelanggaran
HAM yang terjadi dilingkungan tempat tinggal saya, yang masih saya ingat sampai
saat ini.
Cerita
ini bermula, ketika suatu pagi di hari minggu, saya dan teman dekat saya
sekaligus tetangga saya bersepeda mengelilingi kompleks perumahan kami. Kami bersepeda
dengan riang dan bersenandung ria. Sampai suatu ketika, setelah kami melewati
sebuah gang, kami dikejutkan dengan teriakan seorang ibu dan tangisan anak
kecil. Ya, lebih tepatnya ibu tersebut memarahi anaknya. Diambang pintu. Karena
penasaran kami pun menghentikan laju sepeda kami dan sesekali memperhatikan
kejadian didepan kami. Sang ibu masih tetap marah dan meneriaki anaknya dengan
kata-kata yang sungguh tidak patut diucapkan oleh seorang ibu kepada anaknya.
Tanpa perduli dengan orang-orang yang mulai berdatangan karena teriakan ibu
tadi, tangan kanan sang ibu menjewer
anaknya yang tertua dan tangan kirinya memukul punggung anak keduanya.
Sementara anak ketiganya yang berumur sekitar 4 tahun menangis keras sambil
duduk. Seolah tidak ingin kakak-kakaknya mendapat perlakuan lebih buruk lagi
dari sang ibu. Anak pertamanya terlihat masih bias menahan sakit dan tangisnya,
sedang anak kedua sudah mulai menangis dan merintih kesakitan karena terus
dipukuli sang ibu sambil tetap marah. Sesekali sang ibu menoleh kearah kami dan
orang-orang yang ada diluar rumahnya. Dilihat oleh kami seperti itu , ibu
tersebut tersenyum seringai dan tetap meneruskan ulahnya tanpa perduli dengan
adanya kami. Karena tidak tahan melihat perlakuan ibu tersebut, salah seorang
tetangganya menegurnya, namun tak dihiraukan oleh ibu tersebut. Ibu tersebut
malah berkata bahwa ketiga anaknya itu tak berguna, tak bias diandalkan, dan
selalu membuat ibu itu kesusahan menanggung beban hidup. Jengah terus-terusan
diperhatikan seperti itu, ibu tersebut menoleh kearah kerumunan diluar rumahnya
dan menatap dengan amarah. Kemudian dengan kata-kata yang sedikit kurang
mengenakkan, ibu tersebut menyuruh kami untuk bubar dan pergi dari rumahnya.
Beberapa orang berbegas pergi, dan masih ada juga yang tetap tinggal ingin
menolong ketiga bocah yang tidak berdaya tersebut. Ibu itu sudah tersulut
emosinya, dan menyeret ketiga anaknya masuk kedalam rumah dan kemudian
membanting pintu dengan keras. Kami orang-orang yang masih berada diluar rumah
masih bergumam sendiri mengenai perlakuan itu yang sangat tega menyiksa
anaknya. Saat hendak kembali mengambil sepeda, kami sedikit mencuri dengar dari
salah satu tetangganya, bahwa sejak beberapa tahun terakhir ini, ibu tersebut
seolah berubah menjadi seorang ibu yang kejam, penuh emosi, tak pernah lagi
bias bersosialisasi dengan tetangga dan sekitarnya. Lantaran beliau ditinggal
begitu saja oleh suaminya tanpa meninggalkan harta apapun dan masih mempunyai
tanggungan 3 orang anak. Dari sedikit
pembicaraan yang kami dengar tadi, kami bisa menyimpulkan bahwa kekerasan dalam
keluarga tersebut dipicu oleh faktor ekonomi dan ketidakstabilan emosi sang ibu
yang sudah tidak terkendali lantaran harus menanggung beban hidup tanpa suami
dan harus menghidupi ketiga anaknya. Beberapa hari setelah kejadian pagi itu,
kami mendengar berita bahwa sang ibu sudah pindah rumah, bahkan ada yang
bercerita ibu tersebut dibawa oleh keluarganya untuk diobati kementalannya,
sedangkan ketiga anaknya diasuh oleh keluarga dari ibu tersebut secara sukarela
dan disekolahkan agar tidak terjadi trauma yang berkepanjangn. Begitulah
sedikit cerita yang bias saya tulis. Mohon maaf jika masih banyak kekeliruan
dalam kosa kata maupun cara penulisan. TERIMA KASIH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar