Selasa, 24 November 2015

Abi , Ummi, Sayangi Aila ….


Malam yang sunyi mengiringi kesepianku. Bersamaku yang tengah sendiri menatap indahnya bulan dan bintang yang bertaburan di langit,  Sebagai teman setia dikesendirianku dalam ketidakadilan ini.
Ya Allah kapan semua ini akan berubah?” tanyaku dalam pengharapan.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dengan cukup pelan.
“ Maaf non Aila waktunya makan malam, yang lain sudah berkumpul di bawah”.
Iya bibi, Aila juga sudah lapar.” Sahut ku
Bi Ijah adalah orang yang sudah merawatku sejak lahir. Bagiku beliau sudah seperti ibu kandungku. Di rumahku hanya Bi Ijah yang peduli padaku, disaat aku sakit hanya beliau yang repot mencarikan obat untukku, hanya Beliau yang tahu betapa sedihnya aku disaat nilai raportku jauh dari nilai kak Aifa. Hanya dia yang tahu betapa aku ingin seperti kakakku, Kak Aifa.

“ Wah, Alhamdulillah ada ikan bakar nih, hemm sungguh lezat ... Ucapku sambil duduk dikursi favorit ku.
“ Dasar tidak sopan”. Sindir Abi
Aila husst !!!”.
“ Iya Aila seharusnya kamu bisa lebih sopan, contoh perilaku kakakmu”. Ujar Ummi
Baik kalau begitu, Aila akan pergi”. Jawabku dengan sinis
Akupun bergegas naik menuju ke kamarku tanpa memakan sesuatu disana. Padahal sebenarnya penyakit maagku sedang kambuh, dan rasanya sangat perih. Tapi lebih perih  lagi disaat aku tak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang yang aku sayangi.

Waktu seakan berjalan begitu cepat, kini saatnya pembagian hasil belajar siswa. Kebetulan aku dan kakakku beda sekolah. Kalau kak Aifa sengaja Abi sekolahkan di sekolah Madrasah terfavorit di Jombang, sedangkan aku bersekolah di Madrasah yang di dalamnya hanyalah siswa buangan dari sekolah lain yang tidak menerima kami.
Abi ambilin raport Aila yaa. Pintaku
“ Maaf Abi sibuk karena banyak pekerjaan di kantor.”
Ummi tolong ambilin raport Aila ya,,,  Pintaku lagi pada Ummi
Ummi sudah janji pada Kak Aifa untuk mengambilkan raportnya sekaligus pertemuan dengan para wali murid.
“ Oh gitu ya.” Balasku dengan kecewa
Aku hanya bisa menangis sendirian di dalam kamar. Tidak ada satu orangpun yang mau mengambilkan raportku. Jalan terkhir adalah Bi Ijah dan tentu dia mau mengambilkannya dengan senang hati.
“ Gimana Bi hasilnya”. Tanyaku dengan penasaran
“ Non Aila juara !, selamat ya Non.” Ucap Bi Ijah dengan semangat
Akhirnya perjuanganku tak sia-sia, Alhamdulillah akhirnya aku bisa menyamai prestasi kak Aifa.

Setibanya di rumah semua orang sedang tertawa ria melihat hasil belajar kak Aifa. Namun mereka menjadi terdiam disaat kedatanganku dengan Bi Ijah.
“ Gimana hasilnya Aila ? Pasti jelek.” Ledek kak Aifa
Endak, Alhamdulillah Aila dapat  juara satu.” Jawabku dengan penuh semangat
“ Ah juara satu di sekolahmu pasti juara terakhir di kelas kak Aifa.” Ledek Abi
Aku kecewa, benar-benar kecewa karena semua prestasi yang kuraih tak dihargai sama sekali. Dengan rasa kecewa aku berlari menuju kamarku. Kuratapi semua ketidakadilan ini. Aku tidak keluar kamar selama dua hari, ternyata tidak ada yang peduli. Semua orang di rumah hanya peduli pada pekerjannya masing-masing.terkecuali Bi Ijah yang hampir tiap jam membujukku untuk keluar. Maagku kambuh, rasanya teramat perih dari biasanya. Semua sakit hatiku kupendam demi untuk berlatih mempersiapkan Musabaqah Tilawatil Qur’an ku.
Akhirnya, hari yang telah lama kunantikan tiba juga. Hari ini Musabaqah Tilawatil Qur’an akan berlangsung. Namun sayang, semua orang yang kusayangi tak ada yang mau hadir. Semuanya memilih dilomba kak Aifa, olimpiade Sains. Walau sedikit kecewa akan kubuktikan aku adalah Aila yang hebat. Keinginanku terwujud, Alhamdulillah aku menang dan meraih juara 1 diperlombaan Musabaqah Tilawatil Qur’an yang diadakan di Jombang.
Setibanya dirumah, kuletakkan foto keberhasilnku di ruang tamu, namun setelah kedatangan kak Aifa dan yang lain kulihat kemurungan disana. Setelah melihat foto keberhasilanku, kak Aifa malah berlari ke kamar sambil menangis.
“ Kamu sengaja meledek kak Aifa ?.” Tanya Abi dengan sinis
Tidak Abi, Aila sama sekali tidak meledek kak Aifa ! Maksud Abi apa sih?”
Kak Aifa  kalah, sedangkan kamu menyombongkan diri dengan memajang foto keberhasilanmu diruangan ini. Kamu tahu kan di ruangan ini hanya foto-foto keberhasiilan kak Aifa  yang boleh menempatinya..” jawab Abi yang membuatku sangat kecewa
“ Lepas fotomu.” Ucap Ummi dengan ketus
Kulepas foto yang sangat aku harapkan menjadi penghubung agar keluargaku menyanjungku. Sebuah harapan yang selama ini sangat kuinginkan. Karena aku selalu iri setiap kak Aifa dipuji dan disanjung oleh Abi dan Ummi. Sekarang pertanyaan terbesarku adalah,
“ Apakah aku anak kandungmu Abi ? Ummi ?”
Pertanyaan yang tak pernah terjawab oleh lisan, namun terjawab oleh perbuatan mereka padaku. Seorang anak yang selalu tersingkirkan oleh ketidakadilan.

Hari demi hari terus berganti, dan semenjak itu pula kak Vina menjadi seseorang yang terpuruk. Aku bisa merasakan perasaannya yang tertekan saat dia kalah dalam olimpiade. Yang kutahu kakakku ini terlihat lemah dari biasanya.
“ Udahlah kak, gak ada gunanya ditangisi terus.” Ucapku
Udahlah Aila, kamu seneng kan melihat kakak kayak gini? Udahlah pergi kamu dari sini, pergi...” ucapanya terpotong karena akhirnya ia terjatuh tepat di depanku.
Abi, Ummi tolong, kak Aifa pingsan”
“ Apa? Kamu apakan dia?” tanya Abi sinis
Ailatidak ngapa-ngapain Abi.”
“ Pasti penyakitnya kambuh lagi Abi, ayo kita cepat bawa ke rumah sakit.” Ucap Ummi
Aila takut kehilangan kakak yang sangat Aila sayangi. Dokter bilang bahwa ginjalnya sudah benar-benar rusak. Yang aku tahu kini ginjalnya tinggal satu setelah satu tahun lalu satu ginjalnya sudah diangkat.
“ Begini pak, setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ginjal Aila yang paling cocok untuk Aifa. Jadi usahakan secepat mungkin dilakukan pencangkokan ginjal pak.”
Setelah itu, aku menjadi sasaran semua orang yang menyayangi kak Aifa. Semua memintaku mendonorkan satu ginjalku untuknya. Tapi aku tak mau ada yang tau, karena aku tak mau semua orang berubah bersimpati padaku karena aku mendonorkan satu ginjalku untuknya. Lalu aku putuskan untuk pulang ke rumah dan menceritakannya pada Bi Ijah.
“ Bagaimana Non keadaan Non Aifa ?.”
“ Keadaan ginjal kak Aifa semakin buruk, dan semua orang mendesakku untuk mendonorkan ginjalku. Karena ginjalku paling cocok diantara semua keluarga.”
“ Kasian sekali non Aila, semenjak kejadian itu non kehilangan kasih sayang. Dan saat ini non juga harus kehilangan satu ginjal non.”
Kejadian apa bi ? Tolong ceritakan semua padaku.”
Dulu ketika non berusia 5 tahun ada sebuah kecelakaan non, non tahu kakak non yang bernama Ali. Tuan Ali adalah anak laki satu-satunya yang sangat disayang oleh Bapak, namun ketika kalian sekeluarga berlibur ternyata kejadian tidak diinginkan terjadi. Non terseret ombak pantai, lalu tuan Ali berusaha menolong, namun malah tuan Ali tenggelam dan ditemukan sudah meninggal. Semenjak itu Bapak dan Ibu sangat terpukul dan sangat membenci non, karena mereka menganggap non adalah penyebab segalanya.”
Air matapun mengalir, aku menangis ternyata inilah jawaban dari segalanya. Aku tau sekarang mengapa papa dan mama tidak pernah menyayangiku.
“ Baiklah Bi, terimakasih atas semua informasi yang bibi berikan. Sekarang Aila pun akan melakukan hal yang sama pada kak Aifa. Aku aka merelakan ginjalku untuknya, bahkan nyawaku sekalipun.

Di rumah sakit semua sedang mengkhawatirkan kondisi kak Aifa.
“ Ah sudahlah Aila kamu memang saudara yang kejam. Hanya untuk mendonorkan satu ginjalmu saja kamu tidak mau. Alhamdulillah, untung ada orang yang baik hati yang mau menyumbangkan ginjalnya untuk Aifa.” Ucap Abi
Ummi kecewa sama kamu Aila, Tega ya kamu pada kakak kamu sendiri”.
“ Entahlah siapa orang yang mau menyumbangkan ginjalnya, bahkan secara gratis. Sungguh dia berhati malaikat”. Ucap Abi
“ Andaikan kalian tahu kalau itu aku, apakah aku akan diberi penghargaan seperti ini dari Abi?” gumamku dalam hati

Beberapa jam sebelum operasi aku menuliskan sebuah surat untuk semua orang yang aku sayangi. Entahlah aku merasa akan meninggalkan mereka semua. Rasanya aku sudah sangat lelah dengan hidupku sendiri. Setelah selesai menulis, surat ini kutitipkan kepada Bi Ijah. Aku berangkat menuju rumah sakit untuk operasi.
Ruang operasi ini terasa begitu menakutkan. Badanku gemetar, kakiku terasa dingin dan ruangan ini terasa begitu mencekam. Hingga akhirnya kurasakan semuanya gelap.

Seminggu kemudian...
“ Akhirnya kamu bisa pulang ke rumah juga ya sayang. Ummi khawatir sekali sama kamu sejak kamu dioperasi. Alhamdulillah, untung ada pendonor itu.”
“ Happy Birth Day putri kesayangan Abi yang cantik.”
“ Terimakasih ya semuanya. Aku senang banget, oh iya Aila dimana?”
“ Iya ya, mana dia Bi?” tanya Ummi nya pada Bi Ijah
“ Sebentar nyonya.” Jawab Bi Ijah sambil berlari ke kamar. Dan beberrapa menit kemudian sudah kembali dengan menbawa sepucuk surat

Untuk semua orang yang Aila sayangi”
Mungkin saat kalian baca surat ini, Aila sudah tak ada lagi disini. Aila udah pergi ketempat yang sangat jauh. Oh iya gimana kabar kak Aifa, gak sakit lagi kan? Semoga ginjalku dapat membantumu untuk meraih semua impianmu yang belum terwujud.
Teruntuk Ummi  yang sangat sangat Aila rindukan.
Ummi, Aila pasti akan sangat rindu dengan boneka Hafidz play doll  yang Ummi  berikan sepuluh tahun yang lalu. Ummi, Aila rindu sekali dengan pelukan ummi. Aila selalu iri saat Ummi mencium kak Aifa setiap akan tidur, Aila  juga iri dengan semua perhatian yang ummi  berikan untuk kak Aifa.
Teruntuk Abi  yang sangat Aila rindukan.
Abi, Aila mau minta maaf jika Aila selalu membuat Abi marah. Aila  juga minta maaf, karena telah membuat Abi kehilangan anak yang sangat Abi harapkan dan Abi  sayangi. Jika Aila bisa memutar waktu, mungkin lebih baik Aila yang mati tenggelam karena tidak akan ada yang merasa sedih jika Aila lah yang meninggal.
Teruntuk kak Vina.
Kak Aifa,  Gimana kak, gak ada lagikan yang ganggu kakak belajar? Pasti rumah kita tenang ya, gak ada lagi yang buat kakak malu karenaa sudara yang bodoh bukan? Oh iya Sanaah Hilwah Kak, Selamat Ulang Tahun … selamat menjalani kehidupan kakak yang mungkin takkan pernah aku rasakan. Kalian semua harus tahu, betapa Aila SANGAT MENYAYANGI KALIAN. Mungkin dengan kepergianku semua akan menjadi tenang. Aila harap tak ada lagi yang merasa dikucilkan seperti Aila. Yang selalu menangis setiap malam, yang selalu merindukan hangatnya kekeluargaan,. Mungkin dengan kepergian ini aku akan tahu bagaimana kalian mengenangku, seperti aku yang selalu mengenang kalian dalam tangisan. SEMOGA KALIAN SEMUA BAHAGIA TANPA AILA,,  AAMIIN …..
“ Salam rindu penuh tangis Aila Adzkiya Alamah”.

Namun tiba-tiba telfon rumah berbunyi..
“ Iya, saya
Bpk. Rohmat, Ada apa? Tanya Abi dengan penasaran
Dan sesaat kemudin Abi menangis dan segera mengajak semua ke rumah sakit. Namun mereka terlambat, Aila telah pegi untuk selama-lamanya. Meninggalkan berjuta penyesalan dalam setiap tangis yang jatuh. Kini dia telah tenang dan jauh dari ketidakadilan selama hidupnya. Walau air mata tengah menangisi, Aila telah pergi untuk selama-lamanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MATERI MACAM-MACAM GERAK

A. Lokomotor Gerakan lokomotor  gerakan yang ditandai dengan adanya perpindahan tempat, seperti jalan, lari, melompat, dan mengguling.  Ger...