JANGAN RAMPAS
HAK ANAK UNTUK SEKOLAH
Kehidupan masyarakat desa sampai saat sekarang ini masih banyak yang belum
tersentuh atau bahkan tidak tersentuh sama sekali oleh globalisasinya jaman.
Jaman yang bisa dikatakan jaman modern, ternyata tidak berlaku bagi orang-orang
yang hidup di pedalaman. Hal ini disebabkan karena tidak adanya warga yang
mengerti dan paham secara baik apa itu arti dari kehidupan modern.
Ketidaktahuan dan keacuhan warga pedalaman berakibat pada pemahaman mereka
terhadap pendidikan. Pendidikan bagi anak mereka pendidikan yang seharusnya
terpenuhi dan dikenyam sejak dini namun pada kenyataannya tidak ada yang
menjalankan kewajiban untuk menyekolahkan anak mereka ke jenjang yang lebih
tinggi. Bagi mereka pendidikan setingkat SD itu sudah lebih dari cukup.
Pendidikan bukanlah hal penting menurut pandangan mereka. Untuk apa
bersekolah jika nantinya juga mereka tetap saja miskin, tetap saja tidak dapat
menjadi pejabat. Jadi untuk apa bersusah payah menyekolahkan anak-anak? Untuk
apa menghabiskan banyak waktu tenaga dan pikiran untuk sesuatu hal yang tidak
pasti? Selalu seperti itu alasan para orang tua yang tak mau menyekolahkan
anaknya.
Padahal jika ditelusuri lebih lanjut justru pendidikanlah yang mencetak
anak-anak yang berprestasi, yang membanggakan dan dielu-elukan oleh masayrakat
sekitar. Kunci kehidupan ini sebenarnya terletak pada ilmu, sedangkan ilmu itu
dapat diperoleh dari berbagai hal dan salah satunya yang paling utama yaitu
melalui pendidikan yang bertahap. Tidak hanya cukup sampai tingkatan SD, itu
hanya satu dari beberapa tahapan pendidikan.
Para orang tua lebih memilih anaknya unuk bekerja dan mencari makan sendiri,
atau bahkan bekerja untuk keluargannya. Ini merupakan suatu pelanggaran hak
asasi mannusia yang benar-benar terjadi di masyarakat dan sampai sekarang juga
masih berlaku pelanggaran hak asasi yang membatasi gerak anak untuk
mengembangkan kecerdasan yang sebenarnya mereka miliki namun jarang sekali
didapatkan oleh anak-anak yag hidup di daerah pedalaman.
Hal yang seperti ini seharusnya menjadi sorotan publik dan keprihatinan
kita bersama. Bagaimana tidak? Jika hal ini terus dibiarkan maka nantinya akan
mengekang cara berpikir dan juga sudut pandang anak yang mana akan menjadi
generasi bangsa. Jika bangsanya saja sejak awal sudah seperti, lalu bagaimana
mereka memimpin negara kelak?
Seharusnya model pelanggaran hak asasi yang seperti ini segera ditangani dengan
cepat agar tidak mengakar dipikiran orang-orang yang jauh dari kota
metropolitan. Bentuk penanganan pelanggaran HAM yang semacam ini tidak bisa
jika dilakukan serta merta dengan menghukum orang tua yang menyuruh anaknya
bekerja pada usia-usia anak sekolah. Namun dengan perlahan menyadarkan kepada
semua orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dan menghilangkan
stigma bahwa pendidikan itu tidak penting. Dengan demikian akan banyak orang
tua yang mengerti dan paham akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar