Dahulu ketika saya SD,
saya menjumpai kesenjangan social yang berbentuk pelanggaran HAM. Mengapa saya
menyebut pelanggaran HAM? karena teman saya yang harusnya mendapat hak yang
sama dengan teman-teman lainnya tetapi pada kenyataannya orang lain
memperlakukannya dengan tidak adil. Memang tidak dipungkiri bahwa anak yang
pandai akan menjadi kebanggaan seorang guru dan juga teman-temannya di sekolah,
tapi akan lebih baik jika kita tidak menyepelekan seseorang yang memiliki latar
belakang yang berbeda.
Teman SD saya yang bernama
Supriyadi dan akrab disapa Supri adalah seseorang yang bisa dibilang
membutuhkan bimbingan khusus untuk menempuh jenjang pendidikan, namun dia bukan
seseorang yang terganggu jiwanya hanya saja dia tidak bisa berkomunikasi dengan
baik. Dia sudah 2 kali tidak naik kelas, di sekolah dia sulit menerima
pelajaran yang diberikan guru. Namun satu hal yang hingga saat ini tidak bisa
saya lupakan, yaitu setiap hari dia selalu datang pagi-pagi hanya untuk menyapu,
membersihkan ruang kelas padahal tidak ada orang yang menyuruhnya. Karena dia
tidak pandai dan juga sulit menerima pelajaran maka teman-teman yang lain suka
sekali mencemooh, menghakimi, menyuruh layaknya pesuruh, dan menfaatkan barang
milik Supri bahkan ada yang menjadikan Supri sebagai pelampiasan, pelampiasan
disini maksudnya apabila ada anak yang bertengkar atau bermasalah pasti yang
disalahin, dipukul adalah Supri hingga dia menangis padahal dia tidak bersalah.
Yang sering melakukan hal tersebut adalah teman laki-laki. Mengapa begitu?
Karena Supri takut dengan semua temen laki-laki, Supri selalu berusaha
melakukan apa yang diperintahkan oleh yang lain meskipun ketika sudah benar
tetap saja salah. Namun tidak semua seperti itu, masih ada satu dua anak yang
mau berteman dengan Supri.
Supri sering tidak masuk
sekolah karena takut dengan ancaman teman-teman. Jika saya mengingat peristiwa
ini saya merasa sedih karena tidak seharusnya kita memperlakukan orang lain
sesuka hati kita. Dulu saya pernah mengadukan hal tersebut kepada kepala
sekolah, alhasil bukan lebih melainkan teman-teman laki-laki mengancam saya dan
bagi siapapun yang mengadu ke guru atau kepala sekolah. Bukankah setiap orang layak untuk mendapat
perlindungan dari orang lain, mendapat kasih sayang dari teman-temannya apalagi
waktu itu saya masih duduk dibangku SD yang mana masa dimana kita belum
merasakan beban hidup. Waktu ketika yang ada dipikiran kita hanyalah main, main
dan main. Marilah mulai dari sekarang kita bersama-sama belajar untuk menghargai
orang lain dimulai dari hal kecil.
Semoga bermanfaat dan terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar