Sebelum membahas ancaman radikalisme di Indonesia. Apa itu
radikalisme? Radikalisme adalah suatu faham yang dibentuk oleh sekelompok orang
tertentu yang mempunyai tujuan yaitu menginginkan sebuah perubahan dalam hal
sosial dan politik dengan menggunakan cara kekerasan. Jadi, dapat ditarik garis
besar bahwa gerakan radikalisme adalah sebuah gerakan yang ingin mewujudkan
perubahan dengan cara kekerasan.
Gerakan
radikalisme menggunakan cara kekerasan
kepada semua orang yang berbeda paham keagamaan untuk bisa dianut dan
dipercayainya secara paksa. Indonesia merupakan negara yang penduduknya
mayoritas beragama Islam. Sehingga gerakan radikalisme dapat mengancam perdamaian
dan keharmonisan hidup bangsa dan negara Indonesia serta akan mengancam paham
Islam yang sudah kuat.
Apa faktor
yang melatar belakangi munculnya gerakan radikalisme? Menurut saya, radikalisme
muncul karena tiga faktor, yaitu:
1. Faktor Ekonomi
Adanya maslah kemiskinan, pengangguran dan krisis ekonomi dapat
mengubah pola pikir seseorang dari yang sebelumnya baik menjadi orang yang
sangat jahat dan kejam serta dapat melakukan apa saja, termasuk ikut serta
gerakan radikalisme.
Dapat dikaitkan, lihat dan perhatikan dengan seksama pada hadits
nabi yang mengatakan, “Kaada al-Faqru an yahuuna Kufran”. Hampir-hampir saja
suatu kefakiran dapat menyeret orangnya kepada tindakan kekufuran. Bukankah
tindakan membunuh, melukai, meledakkan diri, meneror merupakan suatu tindakan
yang dekat dengan kekufuran?
2. Faktor Politik
Politik yang berkeadilan bagi rakyat adalah keinginan semua warga
dan negara. Adanya pemimpin yang adil, memihak pada rakyat, menjamin kebebasan
dan hak-hak rakyat akan memunculkan rakyat yang akan cinta dan menjaga
kehormatan serta keutuhan negaranya dari berbagai paham seperti radikalisme.
Tetapi jika politik yang dijalankan adalah politik yang kotor,
tidak berkeadilan dan politik yang tidak berpihak pada rakyat, maka rakyat akan
melahirkan paham ataupun gerakan yang membuat hidup mereka penuh keadilan.
3. Faktor Sosial
Konflik sosial merupakan faktor munculnya paham yang menyimpang. Berawal dari adanya masalah yang menarik
perhatian masyarakat yang berujung pada tindakan-tindakan anarkis yang akhirnya
antipati sekelompok orang muncul, untuk berpisah dengan masyarakat. Lama kelamaan bisa jadi sekelompok orang itu berkumpul,
maka akan mudah dimanfaatkan pihak tertentu untuk suatu kepentingan. Termasuk
mengajak sekelompok orang itu mengikuti paham dari pihak yang memanfaatkan
tertentu.
Direktur Institute for the Study
of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) Dr. Hamid Fahmi Zarkasy, MA
Ed. mengatakan, untuk mengantisipasi masuknya paham kekerasan yang
menggunakan dalih agama. Pendidikan-pendidikan baik formal maupun informal
harusnya diperbanyak untuk pemahaman agama Islam yang
benar. “Pendidikan seperti ini diperlukan untuk aktivis, mahasiswa,
pelajar, organisasi kemasyarakatn (ormas), sehingga mereka bisa memahami
Islam komprehensif sebagai agama ilmu pengetahuan, bukan agama
kekerasan. Penekanan itu perlu disebarkan ke masyarakat karena saat
ini masyarakat kita lemah dalam ilmu pengetahuan, khususnya agama sehingga mereka
lebih mengedepankan okol (otot) dibandingkan dengan akal”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar