Oleh : Ninik Nur.Ch.
( Tidak ada
jaminan HAM bagi rakyat miskin pinggir kota di tanah air kita tercinta ini )
Diantara sisi
kehidupan yang kita jalani, banyak diantara kita yang enggan memikirkan secuil
kehidupan yang dijalani suudara-saudara setanah air kita. Banyak sisi kehidupan
yang tidak kita ketahui maupun kita mengerti. Kita hanya melihat sekilah, tanpa
menguak apa rahasia yang ada didalamnya. Kita lantas hanya berfoya-foya
memikirkan kehidupan kita sendiri. Kita senang sendiri, tanpa menengok
kehidupan saudara-saudara kecil kita.
Mereka tapaki setapak demi setapak
lika-liku kehidupan mereka. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam,
hari demi hari, minggu demi minggu telah habis terbuang dengan kepayahan
mereka. Terus dimana letak kenikmatan
hidup mereka.
Walaupun tidak sedikit dari perihnya
kehidupan. Keringat mereka dipaksa bercucuran demi terisinya perut kosong mereka.
Parahnya, banyak dari mereka anak-anak yang rela mencuri, meminta-meminta,
memulung botol bekas dipelataran rumah tetangganya, mengamen dan lebih parahnya
lagi berkeliling menjajakan dagangan mereka
seorang diri entah dipagi hingga sampai petang datang.
Jalan demi jalan rela mereka susuri, tapi tidak
ada satupun keluh kesah yang terlontar
keluar dari bibir mungil mereka, padahal tubuh mereka kumal bagaikan tidak
beribu dan berayah, hingga terkesan tidak terurus olehnya. Mereka tidak sempat
memikirkan urusan kemolekan jasmaninya, yang terpikir olehnya hanya bagaimana
dia bisa menyambung hidup di hari esoknya.
Sedangkan kita, dengan banyak kecukupan
hidup yang kluar biasa Allah berikan kepada kita selama ini, kita enggan selalu
bersyukur akan hal-hal ini. Kita mengganggap diri kita selalu kurang nikmat dan
kurang. Kita bahkan tidak sedikit waktupun memikirkan nikmat-nikmat Allah apa saja yang selama ini telah kita
terima dan kita hambur-hamburkan.
Sedikit kita menengok sisi kehidupan
saudara-saudara kecil kita di pinggir kota. Mereka tidak banyak menuntut atas semuanya,
tidak sedikit dari mereka lebih bersyukur dengan kehidupannya saat ini
dibandingkan kita.
Lantas selama ini dimana letak jaminan
kehidupan yang layak bagi mereka. Kehidupan yang dijamin oleh negara kita
tercinta. Yang semestinya dinafkahi oleh negara. Masih dalam tanggung jawab
negara. Tetapi apa yang terjadi, negara angkat tangan dengan semuanya.
Seakan-akan mereka tidak mengetahui apa-apa. Wakil –wakil negara yang menjadi
penompang mimpinya selama ini, selalu sibuk sendiri mengisi dompet-dompetnya
saja. Mereka tidak menaruh kepaastian apapun pada kehidupan mereka. Mereka
diombang-ambingkan kehidupannya.
Contoh sisi lain kehidupan rakyat
miskin pinggir kota yang ada saat ini; rakyat terlantar tempat tinggalnya,
tidak sedikit dari mereka yang hidup di gemerlap keramaian ibu kota kita
tercinta namun tidak memiliki kepastian
tempat tinggal. Banyak dari rakyat miskin yang hidup di dalam gubuk di pinggir
sungai. Banyak juga dari mereka yang hidup di kolong jalan raya. Banyak dri
mereka yang hidup di lahan yang semestinya tidak mereka tempati semisalnya,
pemakaman umum dan lain sebagainya.
Sisi lain yakni tidak terjaminnya
pendidikan yang baik. Justru pendidikanlah yang membuat sumber daya manusia
kita semakin berkualitas. Tetapi apa daya, pemerintah terlihat angkat tangan akan hal ini. Jaminan
pendidikannya hilang begitu saja.
Aplikasi yang tertuang selama ini dari
undang-undang kita belum jalan semestinya. Hak-hak yang semestinyadiperoleh
oleh rakyat belum sepenuhnya dapat direalisasikan oleh pemerintah.
Hak mereka dirampas paksa oleh keadaan
yang membelitnya. Sungguh miris kehidupan panjang demi waktu ke waktu yang
sudah mereka jalani. Tetapi dalam benak mereka, inilah kehidupan keras yang
harus kita jalani.
Tidak tampak sedikitpun lukisan pelangi
keindahan yang tampak dari sudut-sudut mata indah mereka. Bukannya mereka tidak
senang, bukannya mereka tidak bersyukur atas semuanya, melainkan mereka hanya tidak
bisa menggumbar senyuman diatas
kehidupan mereka yang seperti ini. Itu semua karena mereka hanya merasa
hidupnya tak seindah senyumannya. Banyak diantara kita saja yang tercukupi hak-haknya
tetapi juga enggan bersyukur walaupun hanya dengan menampakkan sedikit pelangi
keindahan di sudut-sudut mata serta senyuman kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar