Radikalisme yaitu paham atau aliran
yang menghendaki pembaharuan sosial atau politik dengan cara keras, oleh karena itu radikalisme diidentikkan dengan
sikap ekstrim dalam aliran politik. Seperti halnya fundamentalisme, sebenarnya radikalisme juga bukan sepenuhnya terdapat
di lingkungan aliran keagamaan, adanya pelakuan
yang bersifat diskriminatis, biasanya ikut memperbesar pejuang bagi munculnya radikalisme.
Di Amerika dan Eropa misalnya muncul gerakan emansipasi wanita yang dikenal Radikal,
gerakan ini menuntut persamaan hak, fungsi, danperan dengan kaum pria.Bahkan masalah-masalah
seksual pun, menurut mereka kaum perempuan tidak seharusnya tergantung kepada kaum
laki-laki. Radikalisme kaum perempuan ini menuntut adanya kesetaraan gender
dalam arti yang luas. Ide ini pula yang kemudian melahirkan kelompok lesbian.
Paham-paham yang demikian itu,
kemudian muncul dalam berbagai bidang kehidupan. dalam bidang sosial dan politik,
gerakan ini dikenal dengan pembaharuan seperti yang dilakukan oleh sejumlah pemimpin
dunia yang menimbulkan revolusi. Demikian pula sejarah agama-agama
mengungkapkan adanya sejumlah gerakan radikal yang jenuh danberusaha keluar dari
kondisi kemapaman yang beku, namun gerakan ini sering luput dari publiikasi umum.Sebaliknya
hal yang demikian belum melakukan sama terhadap gerakan yang terjadi dalam islam.
Tokoh seperti sayyid Quthb di
mesir yang mengadopsi gagasan ikhwan
al-muslimah dan jama’at al-islami
, selalu dilekatkan dengan gerakan radikal. Sayyid Qutbh selalu mempertahankan pendapat,
bahwa menegakkan sistem pemerintahan yang islami adalah perintah ilahi. Karena realitas
politik di kuasai oleh Rezim-Rezim bukan islam dan otoriter, maka untuk mengubah sistem yang resresif dianggap
sia-sia, maka jihad menjadi satu-satunya pillihan untuk menegakkan suatu tatanan
islam baru. Jihad sebagai perjuangan senjata untuk mempertahankan islam dari ketidakadilan,
menjadi suatu niscaya bagi semua orang yang mengaku beriman dalam menghadapi suatu
kritis yang ada di dunia islam. Formula si Sayyid Qutbh menjadi titik pijak awal
bagi kelompok radikal.
Seperti halnya fundamentalisme,
maka radikalisme juga dianggap sebagai gerakan ekstremisme. Gerakan yang
dilatar belakanginya menjadi cocok untuk dikaitkan dengan terorisme. Namun sekali
lagi, pandangan yang demikian itu tak lepas dari pengaruh politik. Berat tidaknya
gerakan itu, agaknya terkantung pula kepada supremasi penguasa. Berbagai gerakan
spsial, apapun bentuknya, apabila sudah dihubungkan dengan agama, akan semakin menjadi
populer, dan semakin terkesan lebih mudah untuk mendapat dukungan yang layak.
Radikalisme sebagai paham atau aliran,
sebenarnya berpeluang muncul dalam berbagai bidang kehidupan, tuntunan terhadap
perubahan yang drastis dan cepat dapat terjadi di bidang politik, ekonomi dansebagainya.
Radikalisme sebenarnya merupakan gerakan pendoprak terhadap kondisi yang mapan,
karena didorong olehgerakan, untuk menciptakan suatu kondisi baru yang diingini
dengan cepat ,dengan demikian radikalisme tidakselalu berkonotasi. Kondisi baru
yang tercipta dengan adanya perubahan tersebut bermanfaat bagi peningkatan peradaban
dan kehidupan manusia, barang-barang di radikalisme dapat diterima. Sebaliknya bila
gerakan tersebut menimbulkan malapetaka, maka radikalisme akan mendatangkan ancaman.
Dalam dunia politik misalnya,
dunia mengenal radikalisme kaum dari jerman yang dipelopori Adolf Hitler,
komunisme rusia pimpinan stalin atau di cina oleh Mao Tse Tung. Kemudian dibidang
agama, munculnya Protestan dan Calvinisme juga tak dapat dilepaskan sebagai gerakan
Radikalisme, jadi sebenarnya Radikalisme tidak hanya terkait dengan bidang
agama. Apalagi dihubung-hubungkan secara langsung dengan terorisme. Baik Radikalisme,
Fundamentalisme, ataupun gerakan yang diarahkan pada adanya perubahan, semuanya
terkait dengan sistem nilai.
Sebagai sesuatu yang dianggap benar,
maka nilai perlu diperjuangkan. Sebab, bagaimanapun nilai sebagai realitas abstrak
yang dirasakan dalam diri, adalah daya dorong atau prinsip-prinsip yang menjadi
pedoman hidup. Dalam realitasnya, ilia terlihat dalam pola bertingkah laku,
pola pikir, dan sikap-sikap seorang pribadi atau suatu kelompok. Apabila terdapat sistem nilai yang tidak sama
berinteraksi, maka kemungkinan akan terjadi benturan antarpribadi ataukelompok.
Agama merupakan perangkat sistem
nilai dalam bentuk yang absahan dan pembenaran dalam mengatur sikap individu dan
masyarakat. Dalam masyarakat yang religius agama menyusup ke dalam aktivitas sosial,
baik yang bersifat ekonnomi, politik, kekeluargaan, maupunn rekreatif. Pada tataran
ini terlihat bahwa agama dinilai telah berperan melatarbelakangi gerakan-gerakan
yang terjadi di masyarakat.
Mitos keagamaan itu mengakar hingga
sudah mentradisi dalllam kehidupan bangsa jepang, terutama selama perang dunia
2. Mengungkapkan, bahwa ada seorang
pilot bernama saburosukai. Selama perang ia telah merontokkan tak kurang dari
40 pesawat tentara sampai usai perang. Ia kembali ke kampung halaman namun, menghubungkan politik-politik dengan agama
menjadi sangat mudah dan dikaitkan dengan keyakinan para pelakunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar